UPI Sari Mina merupakan unit pengolahan ikan tingkat Madya yang terletak di dusun Sempu, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. UPI Sari Mina merupakan pengembangan dari kelompok usaha bersama ibu-ibu warga dusun Sempu yang bergerak di bidang pengolahan abon ikan sejak tahun 2009. Produk utama dari UPI Sari Mina berupa abon ikan yang berbahan dasar lele, tuna dan salmon yang dicampur dengan lemadang. Setiap bulan, UPI Sari Mina mengolah sekitar 4 kwintal lele, 8 kwintal tuna, dan 60 kg Salmon untuk dijadikan aneka abon. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok pengolah adalah limbah produksi berupa kulit, tulang dan kepala yang belum dimanfaatkan. Untuk itu, Tim Pengabdian Program Studi Teknologi Hasil Perikanan melaksanakan program pengabdian berupa transfer teknologi dan pelatihan pengolahan limbah tulang dan kulit ikan pada Oktober-November 2019. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengolahan hasil perikanan berbasis zero waste, serta meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam mengolah limbah produksi abon ikan menjadi produk bernilai tambah (value-added product). Materi pelatihan yang disampaikan pada kegiatan ini meliputi prospek dan atribut mutu olahan berbasis zero waste; sanitasi dan higiene; motivasi usaha berbasis kelompok; analisis usaha; strategi pemasaran dan promosi; pengemasan dan pelabelan; serta pemanfaatan limbah hasil perikanan. Selain itu peserta diberi ketrampilan untuk memanfaatkan limbah hasil pengolahan abon yang berupa tulang, kulit dan jeroan. Limbah tulang dimanfaatkan menjadi tepung tulang. Sedangkan limbah kulit dimanfaat menjadi kerupuk kulit, dan limbah jeroan dan kepala dimanfaatkan untuk pembuatan kecap ikan. Selanjutnya peserta juga diberikan pelatihan untuk membuat aneka olahan berbahan dasar tepung tulang, seperti eggroll dan makaroni, serta produk semi basah berupa spong cake. Manfaat dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengelola limbah pengolahan hasil perikanan dan mengolahnya menjadi produk bernilai tambah.
Indonesia yang berupa negara kepulauan, masih memiliki banyak kendala komunikasi yang harus diselesaikan. Salah satu permasalahan tersebut adalah belum meratanya akses internet khususnya didaerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Daerah 3T yang berbatasan langsung dnegan negara tetangga, seringkali memiliki akses yang terbatas dibanding daerah lain di Indonesia – yang semestinya daerah ini mendapat prioritas fasilitas untuk memudahkan mendapatkaninformasi dari Pemerintah Indonesia. Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bekerjasama dengan UGM, mengadakan pilot project dibeberapa lokasi 3T untuk memastikan jaringan internet dapat dijangkau oleh masyarakat dengan baik. Untuk memaksimalkan manfaat internet, pemanfaatan teknologi informasi ini dibarengi dengan piloting pada bidang pertanian dan perikanan, sehingga informasi yang berkaitan dengan kedua bidang ini dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat didaerah 3T.